Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan langsung
dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan
sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa
mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam
waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan
merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu
suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada persaingan yang
ketat, sehingga keunggulan komparatif yang menjadi andalan pada masa lalu sudah tak
mampu untuk menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan salah
satu kunci untuk meningkatkan daya saing terhadap produk-produk sejenis dari negara
tetangga maupun negara lain yang masuk ke Indonesia dan juga dalam melakukan produk
ekspor ekspor. Hanya dengan keunggulan kompetitif dan produk yang berkualitas yang
akan mampu berkembang dan memenangkan persaingan dalam pasar bebas.
Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju pada suatu sistem yang
mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen. Harga suatu produk dan
layanan jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan kualitas semakin tinggi.
Produsenpun mulai dituntut berbagai aturan dan standar yang berhubungan dengan
lingkungan seperti ISO 14001 dan Ecolabeling.
Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan industri. Sebagian
besar industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju pada aspek limbah.
Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah bukanlah menjadi suatu
permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak diperlihatkan. Pihak industri mungkin
masih belum menyadari bahwa sebenarnya ”limbah” sama dengan ”uang” atau
pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya bahwa limbah merupakan uang atau
biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa dengan
mengabaikan persoalan limbah, keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka pendek.
Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan dengan
”image” perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang mensyaratkan pengelolaan
lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada peluang yang sebenarnya mempunyai
nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya terlepas karena mengabaikan aspek lingkungan.
* Disampaikan pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam mendorong Terciptanya Kawasan
Eco-industrial di Indonesia, diselenggarakan oleh Asisten Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi di
Jakarta 3 Juni 2005.
** Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik dan Magister lmu Lingkungan Universitas
Diponegoro, Kampus Tembalang – Semarang, Telp./ Fax. 024-7460058, Koordinator Forum Komunikasi
Mitra Mandiri Berkelanjutan (KMB) Jawa Tengah, Konsultan Produksi Bersih.
E-mail : purwanto@ft.undip.ac.id, purwanto1961@yahoo.fr
Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan
bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang
dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah dari sumbernya dapat
dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena
dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi
lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai
pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan
Lingkungan). Penerapan Produksi Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan
berlebih dibanding dengan keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri.